EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

23.45 Edit This 0 Comments »

Tugas 3 softskill bahasa Indonesia
Nama :   Sinta Suciana Rahayu P (28110177)
Kelas :   3kb01



EYD (konsep)

A.      Penulisan Huruf
1.       Huruf kapital atau huruf besar
A.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
B.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
C.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,  Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
D.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
E.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.          
F.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
        keinggris-inggrisan
        menjawakan bahasa Indonesia
H.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
        tahun Saka
        bulan November
        hari Jumat
        hari Natal
        perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.
I.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
                                                    Misalnya:
Salah
Benar
teluk Jakarta
Teluk Jakarta
gunung Semeru
Gunung Semeru
danau Toba
Danau Toba
selat  Sunda
Selat Sunda
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
        Jangan membuang sampah ke sungai.
        Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
        garam inggris
        gula jawa
        soto madura
J.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
        Departemen Pendidikan Nasional RI
        Majelis Permusyawaratan Rakyat
        Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
        Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
        Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.
K.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
                Misalnya:
                        Perserikatan Bangsa-Bangsa.
                        Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
L.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
                Misalnya:
        Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
        Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
        Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
        Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu,   Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
                Misalnya:
        ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
        Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
        Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
        Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
        Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
N.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
        Dr.           : doktor
        M.M.       : magister manajemen
        Jend.      : jendral
        Sdr.         : saudara
O.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
        Misalnya:
        Apakah kegemaran Anda?
        Usulan Anda telah kami terima.
2.       Huruf Miring
A.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
                        Misalnya:
        majalah Prisma
        tabloid Nova
        Surat kabar Kompas
B.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
                        Misalnya:
        Huruf pertama kata Allah ialah a
        Dia bukan menipu, melainkan ditipu
       Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
C.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
        Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
        Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
                        Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
B.      Penulisan Kata
  1. Kata Dasar
                Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
                        Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)
  1. Kata Turunan
A.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
                Misalnya:
berbagai                                ketetapan                              sentuhan
                                gemetar                 mempertanyakan                                terhapus
B.       Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
                Misalnya:
                        diberi tahu, beri tahukan
                        bertanda tangan, tanda tangani
                        berlipat ganda, lipat gandakan
C.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
                Misalnya:
        memberitahukan
        ditandatangani
        melipatgandakan
  1. Bentuk Ulang
                Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
        anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.
  1. Gabungan Kata
A.       Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
B.           Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan   tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
        Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
C.      Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
        Misalnya:
        acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.
D.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
  1. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
            
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
                engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
        Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
        Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
  1. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
        Tinggalah bersama saya di sini.
        Di mana orang tuamu?
        Saya sudah makan di rumah teman.
        Ibuku sedang ke luar kota.
        Ia pantas tampil ke depan.
        Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
        Bram berasal dari  keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
        Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
        Kami percaya kepada Ada.
        Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.

  1. Partikel
A.       Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
        Siapakah tokoh yang menemukan radium?
B.       Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
        Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
                Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
                Misalnya:
        Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
        Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
        Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
        Walaupun hari hujan, ia datang juga.
C.      Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
            Misalnya:
        Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
        Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
C.      Pemakaian Tanda baca
  1. Tanda titik (.)
A.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
        Misalnya:
        Ayahku tinggal di Aceh.
        Anak kecil itu menangis.
        Mereka sedang minum kopi.
        Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
B.       Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III.  Departemen Dalam Negeri
A.       Direktorat Jendral PMD
B.       Direktorat Jendral Agraria
1.    Subdit ….
2.    Subdit ….
I.         Isi Karangan                                                 1.      Isi Karangan
A.       Uraian Umum                                       1.1    Uraian Umum
B.       Ilustrasi                                                  1.2    Ilustrasi
1.        Gambar                                        1.2.1 Gambar
2.        Tabel                                            1.2.2 Tabel
3.        Grafik                                            1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
        pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
        12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
D.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
        Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
        Nomor gironya 5645678.
E.       Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
        Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
        Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
G.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
        Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
        Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
H.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
        Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
        Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
        Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
        Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
  1. Tanda koma (,)
A.       Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:      
        Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
        Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
        Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
B.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
                        Misalnya:
        Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
        Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
C.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
                        Misalnya:
Anak Kalimat
Induk Kalimat
Kalau hujan tidak reda
saya tidak akan pergi
Karena sakit,
kakek tidak bisa hadir
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Induk Kalimat
Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi
kalau hujan tidak reda.
Kakek tidak bisa hadir
karena sakit.
D.      Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
                Misalnya:
        Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
        Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
E.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
        O, begitu?
        Wah, bagus, ya?
        Aduh, sakitnya bukan main.
F.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
                Misalnya:
        Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
        ”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
                Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
        Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
H.      Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
        A. Yasser Samad, S.S.
        Zukri Karyadi, M.A.
I.         Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
        Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
        Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
        Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
                Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya   kepada panitia.
J.        Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
        Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
K.       Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
        ”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
        ”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.
  1. Tanda Titik Koma (;)
A.       Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
B.       Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
C.      Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.
 
(sumber:endonesa.wordpress.com)

Peranan Bahasa Indonesia

23.33 Edit This 0 Comments »
tugas 1 softskill Bahasa Indonesia
nama : Sinta Suciana Rahayu P
kelas : 3kb01


Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :

1. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.

2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.

3. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.

4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.

Mencermati keadaan dan perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan peran bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Berdasarkan semua ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:

1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.

2. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.

Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Khusus :
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia secara umum
Istilahke dudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita
pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi
baut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah
memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya.
Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu.
Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?
Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?

Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara
terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan
dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat
ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai
manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya
bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa
kedudukan dan fungsi tertentu.

Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat
bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan
akan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan
menyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya
sesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.

Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat
‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang
digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa
mengetahuik apan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan
dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian
perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan
berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya
dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke dalamnya.
Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-
unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.

Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,
misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan
seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan
pemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional,
yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-
ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah
bahasa.

melihan betapa kontekstual penting nya sebuah bahsa dalam negara,maka dari itu bahasa indonesia di negara indonesia ini sangatlah penting,walau kebanyakan hanya diaplikasikan dalam sebuah penulisan ilmiah dan lain sebagainya,namun jarang digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari,mungkin salah satu faktornya adalah keragaman budaya indonesia yang sangat banyak yang membuat warga nya menggunakan bahasa dari sukunya masing-masing,namun itu menurut saya masih lebih baik ketimbang kita mengikuti bahasa bangsa lain tanpa peduli akan bahasa bangsa ini sendiri.

bahasa indonesia itu penting,salah satunya sebagai jati diri bangsa pula yang harus tetap dipertahankan,namun siapakah yang harus mempertahankannya kalau bukan kita sendiri sebagai warga negara Indonesia,ada dan tiada nya bahasa indonesia saat ini dan masa depan ada ditangan kita,maka mulailah untuk senantiasa bangga dengan bahasa indonesia ini,dan aplikasikanlah dalam kehidupan kita sehari-hari.(ikaamalia)

sumber: wartawarga.gunadarma.ac.id